Harga Sembako di Desa Relatif Stabil

Pedagang sayur. Foto Dok Istimewa
TALANG KERINCI - Harga kebutuhan sembilan bahan pokok (Sembako) di Desa Talang Kerimci, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi relatif stabil. Menurut Meri (32) seorang ibu rumah tangga di sana, harga sembako telah turun pasca Perayaan Idul Fitri tahun 2017.

Dia menjelaskan, cabe merah keriting/ cabe rawit Rp. 20 ribu perkilo, Cabe hijau Rp. 15 ribu perkilo dan bawang merah/bawang putih Rp. 30 ribu perkilo. Kemudian harga daging Rp. 120 ribu perkilo, ayam potong Rp. 30 ribu perkilo dan ayam kampung Rp. 45 ribu perkilo. 

Kelapa bulat Rp. 5000 per biji, kelapa parut Rp. 7000 perbiji dan santan kelapa Rp. 10 ribu perkilo, serta minyak goreng curah (MGC) Rp. 12 ribu perkilo. Trus , gula pasir Rp. 13 ribu perkilo, gula merah Rp. 20 perkilo, tepung gandum biasa Rp. 6000 perkilo gandum cap segitiga Rp. 7500 perkilo. Sagu Rp. 7000 perkilo dan beras ketan Rp. 13 perkilo. Selanjutnya, ikan laut semua jenis Rp. 25 hingga 35 ribu Perkilo.

Trus ikan sungai, patin Rp. 20 ribu perkilo, tebakang Rp. 35 ribu, Nila Rp 32 ribu dan Lele Rp. 20 ribu perkilo. Sedangkan ikan gabus Rp. 35 ribu per kilo dan kerang Rp. 18 ribu perkilo. "Yang agak mahal itu udang laut Rp. 50 ribu perkilo", jelas Meri. 

Dikatakan Meri, untuk jenis sayuran, bayam Rp. 3000 perikat, kangkung Rp. 2000 perikat dan daun singkong Rp. 1500 perikat. Daun katu Rp. 3000 perikat, pakis Rp. 2000 perikat dan kacang panjang / buncis Rp. 15 ribu perkilo. Serta kol Rp. 6000 dan tomat Rp. 10 ribu perkilo. Setelah itu, harga jengkol Rp. 2500/10 biji, petai Rp. 13 perikat dan nangka sayur Rp. 8000 perkilo. Tahu Rp. 6000/10 biji serta tempe Rp. 5000 per batang.

Salah seorang pedagang sembako, Maryadi menyebutkan selain berdagang di toko kelontong miliknya. Dia juga berjualan keliling menggunakan sepeda motor. "Kalau diantar ke rumah harganya sedikit lebih mahal, paling ngambil untung seribu rupiah dari harga di toko", ujar Maryadi kepada jambiterbit.com, Sabtu (22/7/17). 

Dikatakan Maryadi, penduduk desa biasanya paling senang berbelanja kebutuhan sehari-hari pada pedagang keliling. Selain jarak tokoh agak jauh, penduduk juga lebih fokus untuk bekerja di kebun. Jadi tidak sempat untuk berbelanja kebutuhan setiap hari di toko. 

Sementara itu, warga lainnya mengatakan kebutuhan masyarakat di desa tak setinggi tinggal di kota. Pola dan selera makanpun berbeda. "Kami sebagian memanfaatkan tanaman sayur di pekarangan rumah untuk dimasak. Jadi biaya hidup tak seperti di kota yang semuanya harus beli", katanya. (red/ref/end)
Diberdayakan oleh Blogger.