Misi Nostalgia dan Kuliner yang Diburu di Lebaran Betawi

Foto Dokumentasi CNNIndonesia.com

JAKARTA - Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan tampak ramai oleh pengunjung, Sabtu (29/10).

Tak seperti hari-hari biasa, kali ini dari pagi perkampungan budaya tersebut didatangi orang-orang dari berbagai wilayah tanpa henti. Tujuan mereka adalah ikut meramaikan perayaan lebaran Betawi ke-10 yang memang dipusatkan di sana.

Herman (34) salah satunya. Herman merupakan keturunan Betawi yang tinggal di Klender, Jakarta Timur. Dia datang ke Setu Babakan bersama istrinya, Dewi (30). Selain untuk memanfaatkan hari libur akhir pekan, Herman punya misi mengenalkan budaya Betawi kepada istrinya yang bukan keturunan Betawi.

"Istri juga harus tahu budaya leluhur suaminye dong," kata Herman seraya terkekeh dan melirik istrinya.

Adapun yang paling ingin disaksikan Herman dalam perayaan Lebaran Betawi di Setu Babakan tersebut adalah pertunjukan beragam silat betawi.


Dituturkan Herman, dirinya hanya bisa menonton silat berbagai aliran itu saat Lebaran Betawi saja. Oleh karena itu, dia begitu semangat menunggu setiap silat yang ditampilkan secara bergantian.

Bahkan, saat ditemui, dia tidak ingin diajak bicara saat silat sedang ditampilkan di panggung utama.

"Kalau enggak pas Lebaran Betawi begini, kite enggak bisa nonton banyak. Paling cuma satu-dua aliran doang," kata Herman di sela-sela pergantian pertunjukan silat.

Terlebih, kata Herman, hal lain yang membuatnya semakin menikmati pertunjukan silat yakni karena banyak penampil yang masih anak-anak. Herman mengaku senang akan hal itu.

"Pertama lucu, tapi pas udah nampil seru juga. Bangga juga," lanjut Herman.

Sama seperti Herman, Juariah (47) juga datang untuk merayakan Lebaran Betawi. Jika Herman berasal dari Klender, Juariah adalah warga Grogol, Jakarta Barat. Juariah datang ke Setu Babakan bersama suami dan tiga anak laki-lakinya.

Juariah tampak begitu semringah mengelilingi Perkampungan Budaya Betawi. Saat ditemui, Juariah baru saja membeli dodol khas Betawi.

Perkampungan Budaya Betawi memang diramaikan oleh bermacam-macam pedagang kuliner khas Betawi. Juariah mengaku sudah mencicipi beberapa kuliner tersebut sejak datang pada pukul 10.00.

"Tadi kita juga makan laksa, toge goreng, Kerak telor juga. Nih, mau beli es selendang mayang," kata Juariah, Sabtu (29/7).

Agak berbeda dengan Herman dan Juariah, Dayat (62) bersama teman-temannya mengaku datang ke Setu Babakan untuk nostalgia.

Dayat menceritakan, dulu dia tinggal di wilayah Kemayoran Jakarta Pusat. Bersama teman-teman masa kecilnya dulu, lanjut Dayat, dia aktif dalam tim orkes Betawi sebagai peniup trombone. Oleh karena itu, dia tidak sabar berbagi kisah masa lalu bersama teman-temannya yang telah terpisah sejak lama.

Sebagai warga Betawi, Dayat tak lagi tinggal di Kemayoran. Kini dia telah menetap di Cibinong, Kabupaten Bogor sejak 2000 silam.

Dan, pada lebaran betawi kali ini, Dayat pun mengikat janji bersama kawan-kawannya di masa kecil untuk reuni di Setu Babakan.

"Ketemu teman-teman masa kecil. Nostalgia lah katanya mah begitu. Alhamdulilah masih banyak yang hidup," tutur Dayat.

Di samping itu, Dayat juga mengaku senang usai melihat-lihat benda di Museum Betawi yang juga berada di Setu Babakan. Matanya berkaca-kaca saat menceritakan pengalamannya bersepeda ontel dengan teman-teman.

"Dulu kita kemana-mana pakai sepeda ini nih," kata Dayat seraya menunjuk sepeda ontel di Museum Betawi.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Badan Musyawarah Masyarakat Betawi menggelar Lebaran Betawi di Setu Babakan selama dua hari pada akhir pekan ini.

Delapan ikon Betawi juga ditampilkan dalam Lebaran Betawi 2017, yakni ondel-ondel, ornamen kembang kelapa, baju sadariah, kebaya kerancang, kerak telor, ornamen gigi balang, bir pletok, dan batik betawi. Diisi dengan berbagai hiburan dan kesenian budaya Betawi, mulai dari tradisi, camilan khas, tarian Betawi, dan berbagai macam perlombaan.

Sumber :  CNNIndonesia.com
Diberdayakan oleh Blogger.