Petani Semakin Sulit, Harga Pinang Ikut Turun

Proses Penjemuran Buah Pinang. foto Dok Istimewa

MUAROJAMBI - Harga jual buah pinang kering pasca lebaran Idul Fitri Tahun 2017 mengalami penurunan hingga 25 persen. Sebelumnya, menjelang lebaran harga pinang mencapai Rp. 20 ribu perkilo, saat ini hanya Rp. 15 ribu perkilo. Bahkan harga jual bisa anjlok hingga Rp. 10 Ribu perkilo jika buah masih basah. Demikian dikatakan sejumlah petani palawija yang nyambi menjual buah pinang di Desa Tangkit, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Rabu (19/7/17).
PetaniPinang . Foto Dok Istimewa

Bisnis buah pinang kering ini merupakan penghasilan tambahan petani untuk menekan keterpurukan ekonomi disaat anjloknya harga karet dan  sawit. Kondisi ini diperparah dengan ketidaktersediaan modal bagi pengumpul untuk membayar petani. Sehingga, sebagian petani harus menunggu rentang waktu beberapa hari bahkan seminggu baru dibayar. Padahal, buah pinang kering telah diantar ke gudang. 

Petani diminta menunggu pembayaran setelah pengumpul menjual kembali pinang tersebut ke pabrik di luar kota. " Kami juga belum dibayar, kata "toke" belum ada uang", ujar Wak Alam salah satu petani pinang kepada jambiterbit.com, Rabu (19/7/17). 

Wak Alam mengaku tak tahu persis penyebab turunnya harga jual pinang. Hal itu terjadi setelah lebaran Idul Fitri, sedangnya sebelum memasuki bulan puasa harga jual masih berkisar Rp. 20 ribu hingga Rp. 23 ribu per kilo. 

Menurut Wak Alam, buah pinang dapat dijual setelah dikupas kulitnya dan dibelah menjadi dua bagian. Kemudian biji pinang tersebut dijemur hingga kering. Kalau dijual masih basah, harganya lebih murah bahkan bisa dibawah Rp. 10 ribu perkilo. Petani pinang, dikatakan Wak Alam, adalah petani palawija, karet dan petani sawit yang nyambi menjual buah pinang. 

Memang tak ada perkebunan pinang luas di sana, biasanya buah pinang ini didapat dari pohon pinang yang ditanam di perbatasan lahan garapan atau tanah pekarangan rumah warga. "Tapi kalau dikumpulkan,dapat  membantu ekonomi. Itung itung untuk menambah penghasilani", katanya. 
Pabrik pengolahan buah pinang. Foto Dok Istimewa
Sementara itu seorang pengumpul (Toke) Ibu Jajat membenarkan jika harga jual buah pinang mengalami penurunan. Dirinya hanya mampu membeli Rp. 15 ribu perkilo buah pinang kering dan dijual kembali ke pabrik Rp. 18 ribu perkilo. "Kami hanya mengambil keuntungan Rp. 2 ribu perkilo pak, untung saja ongkos angkut ditanggung pembeli. Kalau tidak mungkin untungnya habis untuk transport", kata wanita parohbaya ini. 

Selain buah pinang, Ibu Jajat juga mengaku menampung hasil komoditi lain yakni biji kakao. Harga jualnya juga murah hanya Rp. 12 ribu perkilo. Tapi untuk komoditi satu ini tak terlalu banyak. " Ini sampingan saja, kami tak pernah dapat banyak",tambahnya. 

Dia menambahkan, usaha menampung buah pinang ini semakin sulit. Karena sudah terlalu banyak yang buka. Rata-rata di setiap desa ada 4 atau lima penampung bahkan lebih. Jadi petani bisa memilih jika menjual pinangnya. Tentu saja petani memburuh para toke yang punya modal besar. (*/red/rizal ependi)
Diberdayakan oleh Blogger.