Puluhan SAD Telah Tewas Karena Minum Air Sungai Tercemar

Sungai Batanghari di Provinsi Jambi.Foto jambiterbit.com

JAMBITERBIT.COM, JAMBI - Sebanyak 13 masyarakat suku anak dalam (SAD) di Jambi telah tewas akibat meminum air sungai yang tercemar pupuk dari perkebunan. SAD tersebut diduga meminum langsung air sungai tanpa dimasak atau diendapkan terlebih dulu.

Setelah meminum air sungai, tiga bulan kemudian SAD di Desa Jelutih Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi tersebut tewas mendadak. Demikian dikatakan Sekda Provinsi Jambi H M Dianto pada peringatan hari air se dunia ke 26 Tahun 2018 di Jambi, Kamis (22/3/2018).

Peristiwa itu sempat menghebohkan dan mengundang niat pemerintah pusat untuk melihat, guna mengetahui penyebab kematian. Maka dari itu sekda berharap kepada masyarakat untuk bersama-sama menjaga kualitas air dan menjaga sungai jangan sampai tercemar. "Masyarakat juga diharapkan untuk tidak membuang sampah sembarangan ke sungai", tutur sekda.

Direktur Irigasi dan Rawa Kementerian PUPR Mochammad Mazid, menyampaikan acara Hari Air Dunia yang ke-26 mengusung tema Nature for Water agar tumbuh kepedulian bersama terhadap ketersediaan air dimuka bumi.

Dikatakan, pemasalahan air tidak bisa diselesaikan hanya dengan pembangunan bendungan, instalasi pengolahan air limbah, normalisasi sungai dan sebagainya, yang paling penting adanya partisipasi masyarakat, akademisi, swasta, untuk menjaga dan melestarikan alam sehingga segala permasalahan air dapat teratasi.

Dijelaskannya, keberadaan masyarakat yang membuang sampah ke sungai menjadi tugas berat untuk mengajak serta mensosialisasikan kepedulian pada keberlangsungan air. "Bagaimanapun belum ada makhluk hidup tanpa air, ini menunjukkan peran strategis ketersediaan air," tegas Dirjen Irigasi dan Rawa.

Dirjen Irigasi dan Rawa menganggap pentingnya melakukan kegiatan aksi nyata secara serentak di 34 provinsi bersama dengan para pemangku kepentingan dan seluruh lapisan masyarakat, akademisi, perguruan tinggi, pelajar, asosiasi provinsi, komunitas peduli sungai atau danau, serta pihak-pihak yang memiliki kepentingan pada kelestarian air.

Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera VI Jambi, Nurfajri menyampaikan, kegiatan penanaman pohon untuk memotivasi melakukan tindakan konkrit menjaga dan melestarikan air. Permasalahan air akan berkelanjutan pada masa mendatang dengan pencemaran bahan kimia dari perusahaan, kondisi dan perilaku masyarakat serta swasta yang tidak bertanggung jawab menjadi masalah fatal bagi kehidupan. (red/jt/humas)
Diberdayakan oleh Blogger.