Ingrid Kansil & Dorce Klarifikasi Pamflet Ratna Sarumpaet

istimewa


JAMBITERBIT.COM, JAKARTA - Dorce Gamalama dan Inggrid Kansil akhir duduk bersama memberikan klarifikasi terkait foto keduanya yang sedang memegang pamflet Ratna Sarumpaet dengan muka lebam. Keduanya mengaku tidak tahu kalau Ratna membuat berita hoaks dipukuli orang ketika berada di daerah Bandung, Jawa Barat. 
 
''Semakin berkembangnya berita simpang siur yang menimbulkan asumsi, semakin liar, dan fitnah terhadap saya. Saya bersama Bunda Dorce memutuskan untuk klarifikasi melalui press conference Sabtu (6/10/2018) bersama kawan-kawan media guna kejelasan maksud dan tujuan sesungguhnya agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berlanjut,'' ujar Inggrid Kansil dikutip Minggu (7/10/2018).
 
Politisi Partai Demokrat itu menambahkan, postingan foto saya bersama Bunda Dorce dengan memegang pamflet dukungan atas kekerasan yang dialami Ibu Ratna Sarumpaet sama sekali tidak ada kaitan politis, ataupun pesanan kepentingan suatu pihak. Melainkan murni kepedulian saya terhadap nurani sesama perempuan yang mengalami ketidakadilan.
 
''Saya bisa membuktikan itu sesuai postingan di Instagram tanggal 2 Oktober: Kekerasan terhadap perempuan bertentangan dengan hak asasi manusia dan ajaran agama. Kekerasan tidak dibenarkan dalam bentuk apapun, baik verbal maupun fisik. 
 
Kalau memang benar terjadi, saya dan Bunda Dorce menyesalkan tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap Ratna Sarumpaet. Semoga Ibu Ratna dapat segera pulih dan pelaku dapat segera mendapat tindakan hukum. Dalam postingan tersebut, saya menegaskan dengan kalimat "kalau memang benar terjadi," paparnya.
 
''Terkait pamflet tersebut didapatkan Bunda Dorce ketika melewati sebuah kerumunan (demo anti kekerasan) yang kemudian diperlihatkan kepada saya ketika kami bertemu tidak sengaja di sebuah resto di bilangan Menteng, Jakarta Pusat,'' tambahnya.
 
Inggrid mengatakan, bahwa kepedulian serta bentuk solidaritas saya terhadap kasus-kasus kekerasan yang menimpa perempuan bukan kali ini saja terjadi. Namun jauh sebelum kasus ini. ''Selama saya menjadi anggota dewan yang diamanah rakyat untuk mewakili suara kaum perempuan dan anak di Komisi VIII DPR RI,'' tegasnya.
 
''Saya juga merasa kecewa ketika pada akhirnya diketahui bahwa kasus kekerasan tersebut hanyalah kebohongan publik semata. Saya pun mengecam keras segala bentuk penyebaran berita hoax oleh pihak manapun, apalagi hingga menimbulkan keributan dan menciptakan keresahan masyarakat. 
 
Biarlah kemudian aparat hukum yang menyelesaikan kasus ini. Marilah kita semua semakin cermat untuk terus bijaksana dalam memahami berita, dan memilah informasi dari media sosial dewasa ini,'' pungkasnya. ( Harian Terbit /Anugrah) 
 
 
Diberdayakan oleh Blogger.