Polisi Terus Kembangkan Kasus Konflik Lahan di Jambi

Senjata api rakitan yang digunakan anggota SMB di sita Polda Jambi. foto Humas Provinsi Jambi
JAMBITERBIT.COM, JAMBI - Polisi Daerah Jambi terus mengembangkan kasus konflik lahan di Jambi antara kelompok Serikat Mandiri Batanghari (SMB) dengan PT Wira Karya Sakti (WKS) anak perusahaan Sinar Mas Group.

Kepala Polisi Daerah Jambi Inspektur Jendral Polisi Muhclis AS melalui Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jambi Komisaris Besar Polisi Edi Faryadi kepada wartawan di Jambi Sabtu (20/7/2019) mengatakan dirinya memperkirakan jumlah anggota SMB ini mencapai ratusan orang.

Anggota SMB saat ini telah ditangkap sebanyak 63 orang, kemudian penangkapan terbaru pada Sabtu (20/7/2019) sebanyak 18 orang dan telah dilakukan penyidikan. Sedangkan sebelumnya ditangkap sebanyak 25 orang, 21 orang telah ditetapkan sebagai tersangka termasuk satu orang bernama Muslim.

Muslim diduga Ketua SMB sekali gus pemimpin dalam insiden berdarah yang terjadi pada Sabtu (13/7/2019) di Distrik Delapan PT WKS Desa Bukit Bakar, Kecamatan Renah Mandaluh, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi.

Polisi terus melakukan pemeriksaan secara maraton dan berkemungkinan akan bertambah tersangka baru. "Kejadian itu tak hanya memakan korban luka-luka, namun menimbulkan kerugian materi puluhan miliar rupiah," ujar kapolda saat menggelar jumpa pers di Mapolda Jambi, Jumat (19/7/2019).

Menurut kapolda, massa SMB melakukan pengrusakan fasilitas PT WKS berupa perumahan karyawan, pos penjagaan dan sejumlah kendaraan bermotor.

Ironisnya 3 anggota TNI BKO Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Karhutla) Jambi, seorang anggota polisi dan 12 karyawan perusahaan serta seorang petugas pemadam kebakaran milik PT WKS ikut jadi korban.

Massa menyerang dengan mempersenjatai diri, terbukti polisi mengamankan barang bukti (BB) berupa 12 pucuk senjata api rakitan jenis kecepek, 4 buah peluru tajam, puluhan senjata tajam berupa pisau, samurai, pedang dan pisau sangkur, dua unit HT, dua sepeda motor, dan kendaraan polisi.

Kemudian bambu runcing dan sehelai baju TNI.  Polisi tidak bekerja sendiri  mereka membentuk tim gabungan bersama TNI guna mengendalikan situasi agar kembali kondusif.

Bahkan, mengetahui peristiwa ini semua pihak langsung mengambil langkah-langkah pengamanan. Termasuk Panglima Kodam (Pangdam) II Sriwijaya, Mayjen Irwan dan Gubernur Jambi H. Fahcrori Umar ikut menghadiri jumpa pers di Mapolda Jambi, Jumat (19/7/2019).

 "Saat ini 18 pelaku yang baru ditangkap sedang dilakukan pemeriksaan, kalau terbukti bersalah akan dilakukan penahanan," tegas kapolda.

Kendati jumlah pelaku yang ditangkap hampir seratus orang, polisi terus melakukan penyelidikan kalau-kalau masih ada pelaku yang masih berkeliaran di dalam hutan di sekitar lokasi kejadian.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jambi Kombes Pol Edi Faryadi menjelaskan saat itu massa juga memblokade jalan dan mengganggu aktivitas karyawan PT WKS.

Berdasarkan pengakuan kelompok SMB kepada Polisi, tujuan mereka sampai melakukan tindakan anarkis kata Edi Faryadi,  karena diiming-imingi akan diberikan lahan seluas 3,5 hektar per orang yang tercatat sebagai anggota SMB.

Dengan iming-iming tersebut mereka (kelompok SMB) menjadi nekat dan menyerang pihak perusahaan serta aparat keamanan sampai menciderai 17 orang karyawan PT WKS termasuk oknum polisi dan TNI.

Gubernur Jambi H Fahcrori Umar menyatakan bahwa dirinya dan jajaran Pemerintah Provinsi Jambi sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan Polisi dan TNI dalam kasus ini.

"Upaya yang telah ditempuh oleh Kapolda Jambi dan Danrem 042/Garuda Putih Jambi sangat tepat untuk menegakan hukum serta menjaga situasi tetap kondusif," ujar gubernur saat konferensi pers di Mapolda Jambi, Jumat (19/7/2019).

Tindakan pengrusakan, penjarahan dan penganiayaan yang dilakukan oleh  Muslim dan kelompoknya sungguh telah melampaui batas dan sangat disesalkan.

Sebelum insiden itu terjadi, menurut gubernur Tim Terpadu (Timdu) Penanganan Konflik Sosial Provinsi Jambi telah menyusun Rencana Aksi Penanganan Konflik dalam rangka upaya penyelesaian konflik secara damai.

Namun pihak SMB sangat tidak kooperatif dan tidak pernah hadir setiap kali diundang rapat oleh timdu. Meskipun demikian, timdu tetap berupaya menyikapi dengan cara mengunjungi Muslim dan kelompoknya di lokasi.

Akan tetapi tetap saja Muslim dan kelompoknya selalu memaksakan kehendak dan melakukan tindakan-tindakan anarkis yang justru menjadi kontra produktif. (jambiterbit/rizalependi)
Diberdayakan oleh Blogger.