Bisnis Prostitusi di Gubuk-gubuk Liar di Jakarta; Ada Oknum yang Menggawaginya
JAMBITERBIT.COM, JAKARTA - Bisnis ‘esek-esek’ atau prostitusi di gubuk-gubuk liar masih saja
ada. Praktek prostitusi yang dilakukan pada malam hari itu mendapat
sorotan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, yang meminta
Pemprov DKI Jakarta menanganinya secara serius.
"Sebenarnya itu harus dibersihkan terus-menerus. Ada oknum yang menggawanginya jadi harus dijaga. Habis ditindak, Satpol PP jangan pergi, kalau tidak nanti dibangun lagi," ungkap Wakil Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta, Ramly HI Muhammad, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (26/7/2019).
Menurut dia, masalah gubuk liar yang saat malam dijadikan lokalisasi ilegal bukanlah fenomena yang terjadi baru-baru ini, tapi sudah berulang kali muncul di berbagai daerah ibu kota dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut politisi Golkar itu, harus dilakukan tindakan serius dari pemerintah daerah terutama Satuan Polisi Pamong Praja agar gubuk prostitusi tidak muncul lagi.
"Sekarang harus dibuat aturan, setelah dibersihkan, Satpol PP harus bertanggung jawab. Jika setelah dibersihkan lalu muncul lagi, lalu ada laporan, maka kepala Satpol PP kelurahan atau kecamatan diganti. Jadi masing-masing diberi tanggung jawab begitu," ungkap wakil komisi yang mengurus pemberdayaan masyarakat itu.
Dibongkar
Sebelumnya, pekan ini Satpol PP membongkar gubuk-gubuk liar yang berada di sepanjang Jalan Letnan Jenderal Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat yang terindikasi digunakan sebagai tempat prostitusi pada malam hari.
Tidak hanya di Cempaka Putih, penampakan gubuk liar juga ditemukan di bantaran Banjir Kanal Barat pada awal Juli meski sempat dibubarkan pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2017.
Menurut warga sekitar, gubuk itu ditempati orang yang berasal dari luar Jakarta dan saat malam dijadikan tempat prostitusi. "Kalau malam itu banyak (PSK) yang mangkal," kata Basir, warga Jatipulo yang ANTARA temui saat itu.
Sementara itu, beberapa pedagang tanaman hias, makanan dan minuman di sepanjang Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta, Jumat, menyanggah klaim gubuk liar yang mereka bangun jadi tempat asusila menyusul adanya penggusuran bangunan liar oleh Pemprov DKI di lokasi itu, Kamis.
Dari pengakuan beberapa pedagang, hanya satu gubuk yang jadi tempat asusila, sementara sebagian besar bangunan semi permanen di Jalan Letjen Suprapto itu digunakan untuk berdagang nasi, lauk pauk, serta minuman.
Menurut sepengetahuan Udin yang berjualan tanaman hias di lokasi itu sejak 2001, hanya ada satu gubuk liar yang jadi tempat asusila. Lokasinya, kata Udin menjelaskan, ada di sisi kanan pintu masuk Gedung KONI DKI Jaya, di belakang tumpukan tanaman hias yang memenuhi sisi trotoar.
Senada dengan Udin, pedagang minuman yang gubuknya kena gusur, Taswin, mengatakan kegiatan asusila hanya ada di tempat tersebut.
"Saya merasa tertuduh gubuk saya dibilang buat 'jablay'. Tak ada itu di sini, silakan dicek. Ketika bilang itu, mereka (staf kelurahan, red) bilang gubuk saya kena imbas," kata Taswin yang telah berdagang sejak 1991. (harianterbit/sammy)
"Sebenarnya itu harus dibersihkan terus-menerus. Ada oknum yang menggawanginya jadi harus dijaga. Habis ditindak, Satpol PP jangan pergi, kalau tidak nanti dibangun lagi," ungkap Wakil Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta, Ramly HI Muhammad, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (26/7/2019).
Menurut dia, masalah gubuk liar yang saat malam dijadikan lokalisasi ilegal bukanlah fenomena yang terjadi baru-baru ini, tapi sudah berulang kali muncul di berbagai daerah ibu kota dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut politisi Golkar itu, harus dilakukan tindakan serius dari pemerintah daerah terutama Satuan Polisi Pamong Praja agar gubuk prostitusi tidak muncul lagi.
"Sekarang harus dibuat aturan, setelah dibersihkan, Satpol PP harus bertanggung jawab. Jika setelah dibersihkan lalu muncul lagi, lalu ada laporan, maka kepala Satpol PP kelurahan atau kecamatan diganti. Jadi masing-masing diberi tanggung jawab begitu," ungkap wakil komisi yang mengurus pemberdayaan masyarakat itu.
Dibongkar
Sebelumnya, pekan ini Satpol PP membongkar gubuk-gubuk liar yang berada di sepanjang Jalan Letnan Jenderal Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat yang terindikasi digunakan sebagai tempat prostitusi pada malam hari.
Tidak hanya di Cempaka Putih, penampakan gubuk liar juga ditemukan di bantaran Banjir Kanal Barat pada awal Juli meski sempat dibubarkan pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2017.
Menurut warga sekitar, gubuk itu ditempati orang yang berasal dari luar Jakarta dan saat malam dijadikan tempat prostitusi. "Kalau malam itu banyak (PSK) yang mangkal," kata Basir, warga Jatipulo yang ANTARA temui saat itu.
Sementara itu, beberapa pedagang tanaman hias, makanan dan minuman di sepanjang Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta, Jumat, menyanggah klaim gubuk liar yang mereka bangun jadi tempat asusila menyusul adanya penggusuran bangunan liar oleh Pemprov DKI di lokasi itu, Kamis.
Dari pengakuan beberapa pedagang, hanya satu gubuk yang jadi tempat asusila, sementara sebagian besar bangunan semi permanen di Jalan Letjen Suprapto itu digunakan untuk berdagang nasi, lauk pauk, serta minuman.
Menurut sepengetahuan Udin yang berjualan tanaman hias di lokasi itu sejak 2001, hanya ada satu gubuk liar yang jadi tempat asusila. Lokasinya, kata Udin menjelaskan, ada di sisi kanan pintu masuk Gedung KONI DKI Jaya, di belakang tumpukan tanaman hias yang memenuhi sisi trotoar.
Senada dengan Udin, pedagang minuman yang gubuknya kena gusur, Taswin, mengatakan kegiatan asusila hanya ada di tempat tersebut.
"Saya merasa tertuduh gubuk saya dibilang buat 'jablay'. Tak ada itu di sini, silakan dicek. Ketika bilang itu, mereka (staf kelurahan, red) bilang gubuk saya kena imbas," kata Taswin yang telah berdagang sejak 1991. (harianterbit/sammy)