Memaknai Sumpah Pemuda dalam Diskusi di Media Center DPR
JAMBITERBIT.COM, JAKARTA - Anggota MPR Herman Khaeron mengatakan pada peringatan ke 91
Sumpah pemuda yang dahulu jatuh pada tanggal 28 Oktober 1928, merupakan
bagian dari tahapan menuju titik kulminasi kemerdekaaan republik
Indonesia tahun 1945.
"Sumpah pemuda merupakan kongres ke dua pemuda yang kongres pertamanya tahun 1926 dan terinspirasi sebetulnya terhadap lahirnya gerakan Budi Utomo tahun 1908," ujar Herman dalam diskusi yang diselenggarakan Koordinatoriat Wartawan Parlemen bekerjasama dengan Biro Humas MPR RI dengan Tema “Memaknai Sumpah Pemuda", di Media Center Gedung Nusantara 3, Senin (28/10/2019).
"Jadi inspirasinya ada, karena ini adalah perkumpulan para pemuda terpelajar, jebolan sekolah yang rata-rata doktor dan tentu ini yang menginspirasi terhadap apa yang harus diperbuat oleh para pemuda," bebernya di hadapan para Jurnalis, dan juga pembicara dari Fraksi Partai Golkar, Dyah Roro Esti Widya Putri, anggota MPR dari Kelompok DPD, Angelius Wake Kako dan Ketua Koordinatoriat Wartawan Parlemen, Romdony Setiawan dengan Moderator Kani Dwiharyani Wartawan TV One.
Lanjut Herman, pada waktu itu tahun 1928, berkumpullah Jong Sumatera, Jong Java, Jong Celebes adalah utusan-utusan dari masing-masing daerah dan golongan, termasuk golongan agama, ada Jong Islam, ada Jong Katolik, ada berbagai elemen berkumpul dan sebuah sikap ksatria anak muda yang kemudian mendeklarasikan Sumpah Pemuda.
Sementara itu Angelius mengatakan, Sumpah Pemuda tak akan diucapkan bila Indonesia sudah merdeka dan bersatu. "Pada masa itu kekuatan-kekuatan anak muda yang ada tersebar dan belum bersatu," ujarnya.
Sehingga dengan Sumpah Pemuda, menurut Angelius, membuat elemet-element yang tersebar menjadi satu.
“Apa yang dilakukan oleh pemuda itu menjadi spirit bagi kita. Peristiwa di tahun 1928, salah satu gerakan pemuda dan mahasiswa yang ada di Indonesia. Gerakan anak muda pada tahun 1945, 1966, 1974, 1998, juga sama monumentalnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dyah Roro menyebut bahwa Sumpah Pemuda merupakan simbol perjuangan anak muda untuk bersatu nusa, bangsa, dan bahasa. Apa yang telah dilakukan oleh para pemuda pada masa itu diakui sebagai nikmat yang dirasakan oleh bangsa Indonesia saat ini.
“Sekarang kita merasakan nikmat dari perjuangan para pemuda," ujarnya.
Diakui saat ini peran anak muda sangat penting. Hal demikian bisa dilihat dari bonus demografi. Bonus demografi diakui oleh Dyah Roro di satu sisi mempunyai potensi yang memberi harapan namun di sisi yang lain juga bisa membawa ancaman. Akan menjadi ancaman bila bonus demografi tak disiapkan dengan baik.
Dicontohkan, akses pendidikan yang sulit, lingkungan yang buruk, susah mendapat air bersih, disebut merupakan ancaman terhadap bonus demografi. “Juga merupakan pelanggaran hak asasi manusia,” kata Dyah.
Kabar baik dari bonus demografi, lanjut Dyah, menjadi kekuatan bangsa Indonesia di pentas dunia. Untuk itu dirinya mendorong agar pemerintah memberi beasiswa kepada anak-anak muda, terutama yang berprestasi.
Romdony sebagai pembicara terakhir menyebut bangsa ini disatukan oleh semangat yang sama seperti apa yang dilakukan oleh para pemuda di tahun 1928. Semangat persatuan yang ada menurutnya perlu dirawat. Untuk itu dirinya mengharap agar semua menghindari hal-hal yang sifatnya memecah belah. “Mari kita membikin berita yang tak mengadu domba,” kata Romdony. (harianterbit/rommi)
sumber : harianterbit.com
"Sumpah pemuda merupakan kongres ke dua pemuda yang kongres pertamanya tahun 1926 dan terinspirasi sebetulnya terhadap lahirnya gerakan Budi Utomo tahun 1908," ujar Herman dalam diskusi yang diselenggarakan Koordinatoriat Wartawan Parlemen bekerjasama dengan Biro Humas MPR RI dengan Tema “Memaknai Sumpah Pemuda", di Media Center Gedung Nusantara 3, Senin (28/10/2019).
"Jadi inspirasinya ada, karena ini adalah perkumpulan para pemuda terpelajar, jebolan sekolah yang rata-rata doktor dan tentu ini yang menginspirasi terhadap apa yang harus diperbuat oleh para pemuda," bebernya di hadapan para Jurnalis, dan juga pembicara dari Fraksi Partai Golkar, Dyah Roro Esti Widya Putri, anggota MPR dari Kelompok DPD, Angelius Wake Kako dan Ketua Koordinatoriat Wartawan Parlemen, Romdony Setiawan dengan Moderator Kani Dwiharyani Wartawan TV One.
Lanjut Herman, pada waktu itu tahun 1928, berkumpullah Jong Sumatera, Jong Java, Jong Celebes adalah utusan-utusan dari masing-masing daerah dan golongan, termasuk golongan agama, ada Jong Islam, ada Jong Katolik, ada berbagai elemen berkumpul dan sebuah sikap ksatria anak muda yang kemudian mendeklarasikan Sumpah Pemuda.
Sementara itu Angelius mengatakan, Sumpah Pemuda tak akan diucapkan bila Indonesia sudah merdeka dan bersatu. "Pada masa itu kekuatan-kekuatan anak muda yang ada tersebar dan belum bersatu," ujarnya.
Sehingga dengan Sumpah Pemuda, menurut Angelius, membuat elemet-element yang tersebar menjadi satu.
“Apa yang dilakukan oleh pemuda itu menjadi spirit bagi kita. Peristiwa di tahun 1928, salah satu gerakan pemuda dan mahasiswa yang ada di Indonesia. Gerakan anak muda pada tahun 1945, 1966, 1974, 1998, juga sama monumentalnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dyah Roro menyebut bahwa Sumpah Pemuda merupakan simbol perjuangan anak muda untuk bersatu nusa, bangsa, dan bahasa. Apa yang telah dilakukan oleh para pemuda pada masa itu diakui sebagai nikmat yang dirasakan oleh bangsa Indonesia saat ini.
“Sekarang kita merasakan nikmat dari perjuangan para pemuda," ujarnya.
Diakui saat ini peran anak muda sangat penting. Hal demikian bisa dilihat dari bonus demografi. Bonus demografi diakui oleh Dyah Roro di satu sisi mempunyai potensi yang memberi harapan namun di sisi yang lain juga bisa membawa ancaman. Akan menjadi ancaman bila bonus demografi tak disiapkan dengan baik.
Dicontohkan, akses pendidikan yang sulit, lingkungan yang buruk, susah mendapat air bersih, disebut merupakan ancaman terhadap bonus demografi. “Juga merupakan pelanggaran hak asasi manusia,” kata Dyah.
Kabar baik dari bonus demografi, lanjut Dyah, menjadi kekuatan bangsa Indonesia di pentas dunia. Untuk itu dirinya mendorong agar pemerintah memberi beasiswa kepada anak-anak muda, terutama yang berprestasi.
Romdony sebagai pembicara terakhir menyebut bangsa ini disatukan oleh semangat yang sama seperti apa yang dilakukan oleh para pemuda di tahun 1928. Semangat persatuan yang ada menurutnya perlu dirawat. Untuk itu dirinya mengharap agar semua menghindari hal-hal yang sifatnya memecah belah. “Mari kita membikin berita yang tak mengadu domba,” kata Romdony. (harianterbit/rommi)
sumber : harianterbit.com