Polisi Buru Dalang Bom Bunuh Diri Medan
Istimewa |
Wakil Kepala Polda Sumatera Utara, Brigadir Jenderal Polisi Mardiaz Dwihananto, satu orang yang diburu tersebut merupakan pimpinan pengajian terduga pelaku bom bunuh diri yang berinisial RMN (24).
Ia mengatakan, mereka telah menggeledah satu rumah di Belawan yang diduga merupakan rumah pimpinan pengajian itu. "Kami sudah mengantongi identitas imam dari terduga pelaku," katanya, Kamis dini hari seperti dilansir Antara.
Diberitakan sebelumnya, ledakan terjadi di Kantor Polrestabes Medan, di Jalan HM Said, Medan, Rabu pagi sekitar pukul 08.45 WIB. Ledakan diduga merupakan bom bunuh diri yang dilakukan seorang mengunakan atribut pengemudi ojek online dan meledak di sekitar kantin Kantor Polrestabes Medan.
Perlu Didalami
Sementara itu, pengamat Terorisme dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengatakan, pelaku bombers di Mapolres Medan, Sumatera Utara diduga terkait dengan jaringan simpatisan ISIS. Dikabarkan bombers telah melakukan bai'at mati untuk melakukan serangan. Namun kepastian bombers simpatisan ISIS masih perlu didalami lagi.
"Ini adalah klaim dari orang yang mengaku mencium rencana aksi tersebut. Dan tentu masih perlu elaborasi lagi untuk menyingkap siapa dan apa dibalik aksi teror ini," ujar Harits kepada Harian Terbit, Kamis (14/11/2019).
Oleh karena itu diharapkan aparat berwenang bisa membongkar seterang-terangnya dan produk yang layak dikosumsi publik segera dirilis untuk menghindari hoaks dan spekulasi liar yang kontraproduktif.
Haris mengatakan, publik bisa saja mengkritisi aparat kecolongan dengan adanya serangan ke Mapolres Medan. "Alasannya cukup rasional; sudah banyak terduga teroris yang ditangkap dalam beberapa bulan terakhir. Tapi masih juga ada aksi teror," jelasnya.
Disebut kecolongan, ujar Harits, karena ada beragam perangkat untuk meminalisir aksi teror seperti BIN, BAIS, BNPT, Intelkam Polri, Densus88, dan lainnya. Dalam aksinya perangkat untuk meminalisir aksi teror juga ada payung UU, ada anggaran, SDM, teknologi yang canggih. Oleh karena itu deteksi dini idealnya berjalan maksimal agar bisa lakukan langkah antisipasi bahkan pre-emptif.
Dendam
Sementara terkait polisi atau markas polisi jadi fokus target, Harits menyebut karena siklus dendam. Mungkin serangan terhadap polisi karena terkait dengan tindakan polisi sebelumnya terhadap kawanan mereka. Dianggap menjadi penghalang tujuan dan misi mereka atau dianggap telah berbuat tidak manusiawi terhadap kawan mereka yang tertangkap.
"Pada konteks ini, dalam kajian terorisme kita bisa meminjam pendekatan metode analisa yang tepat agar paham kenapa selama ini aparat keamanan wabil khusus polisi atau markas polisi jadi target kekerasan atau teror dari segelintir atau sekelompok orang," jelasnya.
"Apakah motif aksi teror adalah politik; ingin mendirikan negara baru? Ingin mengganti Pancasila? Saya kira tidak ketemu relevansinya," tandasnya.
Biadab
Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia A.A La Nyalla Mahmud Mattalitti mengutuk keras aksi bom bunuh diri yang terjadi di Polrestabes Medan.
"Tindakan semacam ini adalah tindakan biadab dan haram yang mengganggu ketenangan masyarakat, karena dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab," ujar La Nyalla dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (13/11/2019).
Ketua DPD RI mendesak aparat keamanan agar segera menyelidiki sampai tuntas dan menangkap para aktor di balik peristiwa ini untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.
Tidak Kebobolan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menegaskan insiden bom bunuh diri di Polrestabes Medan bukan karena aparat keamanan kebobolan, melainkan tindak terorisme memang selalu hit and run.
"Masa setiap terjadi kebobolan? Memang kegiatan terorisme begitu. Main hit and run, lari sembunyi," kata Mahfud MD di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu. (harianterbit/danial)
sumber : harianterbit.com