Kesederhanan Keluarga, Saling Menguatkan di Tengah Kekurangan
Jakarta - Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.
Oleh: Dy
Halo! Perkenalkan, aku anak perempuan sulung dari dua bersaudara. Anak perempuan yang harus bisa diandalkan keluarga. Oh iya, keluargaku dan aku hidup di pedesaan. Walaupun teknologi dan pendidikan sudah masuk di desaku tetapi tetap saja pemikiran sebagian besar orang masih terbelakang. Itulah mengapa aku seperti punya tugas khusus kepada keluargaku untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi di luar sana, misalnya covid-19 ini.
Bapakku seorang petani yang merangkap kerja kuli bangunan, ibuku perajin batik tulis asli, dan adikku laki-laki masih duduk di sekolah menengah pertama. Syukur saya terlahir di keluarga yang berkecukupan, segala kebutuhan sehari-hari terpenuhi. Sandang, papan, dan pangan yang layak. Ini semua tak terlepas dari peran ibuk yang cerdas mengatur keuangan keluarga juga bapak yang selalu bertindak sebagai penanggung jawab keluarga. Paling tidak, mereka merupakan pasangan yang match dimataku.
Keluargaku terdiri dari orang-orang yang sudah saling mengerti tanpa berbicara banyak. Tak pernah saling menuntut ini itu karena sudah paham dengan perasaan dan kondisi masing–masing. Favoritku adalah sore hari menjelang malam. Karena waktu-waktu tersebut kami berempat akan berkumpul walaupun sekadar menonton televisi.
Terkadang aku juga membuat camilan sendiri yang kami nikmati sambil berebut yang tentu saja diiringi dengan tawa candaan receh yang entah mengapa selalu membuat kami tertawa. Kami akan makan malam yang ala kadarnya di rumah, yang harus makan malam setelah bapak dan adik pulang dari masjid. Kami akan makan malam setelah semua berkumpul alias harus nunggu satu sama lain, kalau tidak masing-masing kami akan merasa bersalah. Juga momen ketika kami makan keroyokan, hanya mengambil satu piring besar kemudian makan bareng di piring tersebut dengan lauk ikan asin goreng dan sambel yang masih hangat ala ibuk yang pedasnya luar biasa.
Bersyukur Memiliki Keluarga Ini
Tetap, tiap keluarga punya kekurangan. Terkadang masing-masing dari kami lebih suka memendam masalah. Akibatnya ketika masalah sedang di puncaknya baru ada pembicaraan, Dan aku tak menyukai itu. Di mata bapak dan ibuk batasan masalah orang tua dan anak itu nyata, seperti ada garis pemisah yang tidak boleh dilewati walaupun kami keluarga. Aku sebagai anak tertua selalu dilarang ikut mencampuri urusan orang tua apalagi masalah ekonomi, aku benci batasan itu. Apalagi aku masih kuliah dan belum menikah otomatis aku masih di bawah asuh orang tuaku. Sejujurnya aku sedih tapi mau bagaimana lagi? Aku tak bisa berbuat banyak untuk mereka saat ini.
Aku bukan tipe seseorang yang mampu berkata-kata, aku orang yang kaku dan pemalu di depan orang bahkan keluarga. Lewat Fimela aku mau menyampaikan sedikit hal yang tak mampu aku ucapkan. Barangkali kelak orang tuaku, adikku atau bahkan aku menemukan tulisan ini kembali, entah lima atau bahkan sepuluh tahun lagi.
Dear Bapak, Ibuk dan Adik,
Masing-masing dari kita sadar bahwa keluarga kita bukan seperti keluarga orang-orang di luar sana yang mampu berlibur diluar kota, luar pulau atau bahkan di luar negeri. Bukan keluarga yang mampu makan di restoran bintang lima, bukan keluarga yang pakaian beserta aksesorisnnya bernilai jutaan, atau foto yang terlihat mewah tersebar di sosial media. Bukan, Aku bukan iri dengan kehidupan keluarga lain di luar sana.
Dari lubuk hati yang paling dalam, aku sangat bersyukur dilahirkan di keluarga ini, menjadi anak dari kedua orang tua yang super hebat, menjadi kakak dari adik yang luar biasa pengertian sekaligus menyebalkan.
Terima kasih untuk segalanya. Terima kasih. Kelak aku bakal menikah, dipinta seorang laki-laki yang semoga seperti bapak, dan aku bakal berusaha seperti ibuk. Walaupun aku percaya tidak akan pernah ada yang seperti bapak atau ibuk, setidaknya aku akan mengadopsi kebiasaan baik keluarga kita untuk keluarga kecilku kelak.
sumber fimela.com
Oleh: Dy
Halo! Perkenalkan, aku anak perempuan sulung dari dua bersaudara. Anak perempuan yang harus bisa diandalkan keluarga. Oh iya, keluargaku dan aku hidup di pedesaan. Walaupun teknologi dan pendidikan sudah masuk di desaku tetapi tetap saja pemikiran sebagian besar orang masih terbelakang. Itulah mengapa aku seperti punya tugas khusus kepada keluargaku untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi di luar sana, misalnya covid-19 ini.
Bapakku seorang petani yang merangkap kerja kuli bangunan, ibuku perajin batik tulis asli, dan adikku laki-laki masih duduk di sekolah menengah pertama. Syukur saya terlahir di keluarga yang berkecukupan, segala kebutuhan sehari-hari terpenuhi. Sandang, papan, dan pangan yang layak. Ini semua tak terlepas dari peran ibuk yang cerdas mengatur keuangan keluarga juga bapak yang selalu bertindak sebagai penanggung jawab keluarga. Paling tidak, mereka merupakan pasangan yang match dimataku.
Keluargaku terdiri dari orang-orang yang sudah saling mengerti tanpa berbicara banyak. Tak pernah saling menuntut ini itu karena sudah paham dengan perasaan dan kondisi masing–masing. Favoritku adalah sore hari menjelang malam. Karena waktu-waktu tersebut kami berempat akan berkumpul walaupun sekadar menonton televisi.
Terkadang aku juga membuat camilan sendiri yang kami nikmati sambil berebut yang tentu saja diiringi dengan tawa candaan receh yang entah mengapa selalu membuat kami tertawa. Kami akan makan malam yang ala kadarnya di rumah, yang harus makan malam setelah bapak dan adik pulang dari masjid. Kami akan makan malam setelah semua berkumpul alias harus nunggu satu sama lain, kalau tidak masing-masing kami akan merasa bersalah. Juga momen ketika kami makan keroyokan, hanya mengambil satu piring besar kemudian makan bareng di piring tersebut dengan lauk ikan asin goreng dan sambel yang masih hangat ala ibuk yang pedasnya luar biasa.
Bersyukur Memiliki Keluarga Ini
Tetap, tiap keluarga punya kekurangan. Terkadang masing-masing dari kami lebih suka memendam masalah. Akibatnya ketika masalah sedang di puncaknya baru ada pembicaraan, Dan aku tak menyukai itu. Di mata bapak dan ibuk batasan masalah orang tua dan anak itu nyata, seperti ada garis pemisah yang tidak boleh dilewati walaupun kami keluarga. Aku sebagai anak tertua selalu dilarang ikut mencampuri urusan orang tua apalagi masalah ekonomi, aku benci batasan itu. Apalagi aku masih kuliah dan belum menikah otomatis aku masih di bawah asuh orang tuaku. Sejujurnya aku sedih tapi mau bagaimana lagi? Aku tak bisa berbuat banyak untuk mereka saat ini.
Aku bukan tipe seseorang yang mampu berkata-kata, aku orang yang kaku dan pemalu di depan orang bahkan keluarga. Lewat Fimela aku mau menyampaikan sedikit hal yang tak mampu aku ucapkan. Barangkali kelak orang tuaku, adikku atau bahkan aku menemukan tulisan ini kembali, entah lima atau bahkan sepuluh tahun lagi.
Dear Bapak, Ibuk dan Adik,
Masing-masing dari kita sadar bahwa keluarga kita bukan seperti keluarga orang-orang di luar sana yang mampu berlibur diluar kota, luar pulau atau bahkan di luar negeri. Bukan keluarga yang mampu makan di restoran bintang lima, bukan keluarga yang pakaian beserta aksesorisnnya bernilai jutaan, atau foto yang terlihat mewah tersebar di sosial media. Bukan, Aku bukan iri dengan kehidupan keluarga lain di luar sana.
Dari lubuk hati yang paling dalam, aku sangat bersyukur dilahirkan di keluarga ini, menjadi anak dari kedua orang tua yang super hebat, menjadi kakak dari adik yang luar biasa pengertian sekaligus menyebalkan.
Terima kasih untuk segalanya. Terima kasih. Kelak aku bakal menikah, dipinta seorang laki-laki yang semoga seperti bapak, dan aku bakal berusaha seperti ibuk. Walaupun aku percaya tidak akan pernah ada yang seperti bapak atau ibuk, setidaknya aku akan mengadopsi kebiasaan baik keluarga kita untuk keluarga kecilku kelak.
sumber fimela.com